Saya kadang heran sendiri dengan kelakuan si ayah, kalau lelaki lain suka protes dengan kebiasaan aneh si istri, lha kalo suami saya kok malah mendukung ya? hehehe. Mulai dari kebiasaan menunda pekerjaan rumah sampai jadi impulsive buyer, semuanya dibolehkan. Lha bagaimana ini? Senang? Iya, tapi lucu rasanya 😀
Misalnya, sewaktu saya mengoprek lemari dan menemukan sebuah cetakan kue kering yang diberikan ibu mertua saya saat menikah dulu, saya langsung lapor ke si ayah bahwa saya butuh beli oven supaya cetakan kue tersebut bisa digunakan. Jadilah saya melaporkan penemuan penting itu saat si ayah pulang kerja. Daan tanpa ba-bi-bu.
Ayah: Memangnya berapa budget yang dibutuhkan, bun?
Saya: Kisaran 600-800rb sih sepertinya.
Ayah: Oke, besok sabtu yuk kita beli!
Lha, padahal saya sudah membayangkan akan dicounter dan saya sudah menyiapkan argumen jitu bahwa oven tersebut bisa digunakan untuk membuat snack baby Azzam, tapi nyatanya argumen tersebut tidak diperlukan 😀
Atau saat saya sedang berpikir sesuatu yang bahkan belum saya pertimbangkan, tiba-tiba si ayah akan mendukung ide saya dan jadi lebih bersemangat dari saya. Yang ini kadang bikin saya repot, hehehe. Misalnya saat saya berujar bahwa baby Azzam makin mantap beratnya untuk dibawa jalan-jalan dan mungkin akan lebih mudah jika dia punya sepeda yang bisa didorong dari belakang sehingga dia bisa duduk manis dan saya membawanya jalan-jalan tanpa pegal-pegal, haha. Biasanya ide seperti itu langsung difollow up kurang dari 48 jam!
Ayah: Bun, besok kita cari sepeda yuk!
Saya: Sepeda buat siapa?
Ayah: Lha katanya mau beli sepeda buat Azzam?
Saya: Eh iya sih, tapi setelah dipikir-pikir, Azzam sepertinya ga akan bertahan lama duduk di sepeda dan ujung-ujungnya minta digendong juga. Mungkin belum perlu sepeda sekarang yah…
Ayah: Gak apa-apa kita beli aja supaya bisa dipakai jalan-jalan.
Saya: *garuk-garuk kepala
Atau momen disaat saya sedang sok jadi menteri keuangan yang super bijak sehingga saya gunakan seluruh uang belanja bulanan yang diberikan si ayah untuk menabung! Yak, menabung, SELURUHNYA! Jadilah saya seperti istri yang belum dikasih uang belanja karena setiap akan belanja saya datang dulu ke ayah 😀
Ayah: Uang belanjanya sudah habis bun?
Saya: Belum kok, kemarin ditabung ke bank.
Ayah: Semuanya?
Saya: Iya *sambil pasang muka serius*
Ayah: Kok?
Saya: Iya supaya cepet banyak dan itu, aku pingin beli RD *kali ini sambil senyum lebar :D*
Ayah: Hahaha, terus belanjanya bagaimana?
Saya: Ya begini, minta dulu sama pemilik modal, aku kan manajer ajah 😛
Ayah: Hahaha, iya deh.
See? Lucu kan? Kepercayaannya terhadap saya memang luar biasa. Dalam penilaiannya, apapun keputusan saya, pasti sudah saya pertimbangkan baik-buruknya. Dan menurutnya lagi, saya tidak pernah meminta sesuatu yang tidak penting. Hahaha *GR*, not to mention my request for foods and ice cream ya! Makanya saya selalu dipersilahkan untuk melakukan apapun yang menjadi keinginan saya, karena kami sama-sama tahu bahwa keluarga adalah anugrah dan prioritas, ia adalah tempat kami saling menghargai dan melengkapi, bukan menyalahkan dan menghakimi.
Eits, gak semua diskusi berakhir mulus dan singkat ya. Ada juga diskusi yang agak lebih panjang, misalnya saat saya sedang gandrung belajar reksadana (RD) dan saya bermaksud mengalihkan sedikit asset ke portofolio tersebut. Wajar sih, mungkin karena saya juga yang terlalu buru-buru memutuskan tanpa melibatkan si ayah dalam proses belajar tersebut.
Ayah: Kenapa bukan dialihkan ke LM saja, bun? Itu lebih nyaman rasanya.
Saya: Ayah, never put all your eggs in one basket, itu prinsipnya. Lagipula bingung deh nyimpen LM itu yang nyaman bagaimana.
Ayah: Kamu sudah paham betul itu tentang rd?
Saya: Sudah belajar tapi rasanya akan lebih mudah kalau langsung praktek kan?
Ayah: *tampak ragu memberi jawaban*
Saya: Untuk percobaan gak akan banyak kok yah, tenang aja. Sekarang kan bisa beli dengan 100rb aja.
Ayah: Iya coba sedikit saja dulu, diamati pergerakannya, dan pilih yang syariah ya, ada kan?
Saya: Eh, iya ada kok.
Ayah: Tapi IHSG lagi naik sekarang, berpengaruh gak sama harga rd? Kalau iya, tunggu turun dulu saja.
Saya: Eh iya ya, pengaruh gak ya? *bingung sendiri*
Ayah: *senyum-senyum*
Saya: Iya, nanti belajar lagi dulu :p
Dan sampai sekarang pun saya belum kesampaian beli instrumen ini. Waktu luang belum datang juga 😀
Intinya, wahai para lelaki, berlakulah baik pada istri-istri kalian karena hal tersebut membuat kami merasa begitu berharga! (Lho? Maaf ya, lagi malas membuat kesimpulan yang logis :p)