Aisyah dan Ma’isyah

Selesai baca tulisan teman di salah satu situs jejaring sosial dan keinginan untuk re-post pun muncul tak terbendung. *halah.

Berikut tulisan yang tadi saya baca mengenai Aisyah dan Ma’isyah, dua pesona yang menggetarkan hati para pemuda pemudi untuk menuju jenjang pernikahan.

***

Aisyah adalah istri Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam yg paling sering dibahas dlm sejarah. Aisyah adalah icon istri idaman para lelaki bujangan.

Maisyah artinya sumber nafkah, api pembakar tungku di dapur, bensin penggerak mesin rumah tangga, perannya kecil tapi penting.

Aisyah & Maisyah adalah 2 hal yg menjadi faktor tarik-ulur para pemuda di penghujung masa lajangnya…..

“Aisyah sih sdh ada, tapi maisyahnya blm siap.” Begitu kilah para pemuda ketika ditanya oleh ustadznya utk segera menikah…

Maka setelah lulus kuliah, para pemudi sudah pasang sign “Yes, I’m ready…!” Tapi sayang, para pemuda masih duduk bimbang di pojok mesjid.

Pemuda jomblo: “cari Aisyah dulu apa maisyah dulu ya… pusying ah…!!”

Coba perhatikan perbincangan di kalangan jomblo saat menghadiri akad nikah atau resepsi pernikahan. Pemuda & Pemudi beda bahasannya…

Para pemudi colek pengantin, tanya bagaimana perasaannya..??, kenal dimana..?? , dll | Pemuda colek pengantin & tanya “abis berapa lu…??”

Di sini lah para pemuda hrs diluruskan pemahamannya. Mereka menunda menikah hanya dgn alasan blm ada biaya tuk resepsi yg mahal.

Wahai para pemuda, ketahuilah… semahal2 biaya resepsi, masih bisa nego, masih bisa juga patungan.Tapi semurah-murahnya biaya hidup setelah menikah, itu tanggung jawabmu sendiri sebagai suami….!!*sengaja di bold biar gak kelewat bacanya 😀

Saya ulangi: “Semahal apapun biaya resepsi, bisa nego & patungan. Tapi semurah apapun biaya hidup, hrs dari kantong sendiri..”

Maka benahi prioritasmu… mengusahakan maisyah BUKAN utk biaya resepsi, tapi utk biaya hidup MANDIRI sesudah menikah.

Jadi kalo nabung abis2an buat pesta besar, lalu setelah itu numpang sama mertua, itu namanya TER…LA…LU…!!!

Tunda pernikahan dgn alasan blm punya dana buat resepsi, tapi malah ngabisin duit buat pacaran sana sini, itu namanya TER…LA…LU…!!

Tapi bagaimana kalau emang buat biaya hidup saja sepertinya blm cukup…? Silakan baca QS.24:32

“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan mengkayakan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberianNya) dan Maha Mengetahui.
(QS. An Nuur (24) : 32)

HANYA dgn menikah saja, Allah berikan rezeki… apalagi kalau setelah menikah menjadi tambah tanggung jawab, tambah semangat berusaha.

Tapi gimana kalo camer yg minta pesta pernikahan seperti ini itu..? | Statusnya masih camer kan..?? kalo gak sanggup, berarti gak jodoh…, Simple…!!!

Lulus kuliah alasannya blm kerja. Sdh kerja alasannya blm karyawan tetap. Sdh diangkat, ada lagi alasannya ini itu….

Nunggu mapan baru nikah..?? Apa Nikah agar menjadi mapan..??

Blm punya rumah, blm punya kendaraan, blm punya gaji tinggi … Itu cuma alasan. Yg benar adalah blm punya NYALI…

Kalau Anda menunggu mapan, agar bisa menarik hati wanita agar mau dinikahi… Kira2 apa ya alasannya dia mau..??

Istilah Sakinah-Mawaddah-Warahmah : Damai-Cinta-Kasih…. ini adalah tangga urutan tiada Kasih tanpa Cinta, & tiada Cinta tanpa Damai.

Sakinah-Mawaddah-Warahmah itu hadir setelah menikah. Sakinah itu artinya damai, tenang, mapan. Artinya mapan baru hadir setelah menikah.

Oke, Bab-1 selesai ya…. Mantapkan niat, ubah prioritas keuangan, utk hidup setelah menikah, bukan utk resepsi mewah…

“Maisyah udah ada, tapi Aisyah belum ketemu.” Itu juga alasan…
Yg benar adalah belum ketemu NYALI utk nyari Aisyah…

Utk para pemuda, jangan tunggu mapan. Yg penting BERPENGHASILAN, sanggup bertanggung jawab menafkahi istri…

Utk para pemudi, jangan tunggu pemuda tampan berkuda putih menjemputmu. Siapkan diri juga secara finansial. Siap start dari NOL…

Oke, niat sdh mantap… Aisyah sdh siap… Maisyah sedang dijemput…
Lanjut Bab-2, tentang Taaruf & Seleksi (ttp dari kacamata keuangan ya….)

Boleh gak sih pertimbangkan HARTA dari calon suami/istri..?? Boleh aja, tapi jangan jadikan sebagai pertimbangan utama…

Ingat rumus: Agama=1, Fisik=0, Keturunan=0, Harta=0, dan lain-lain nilainya 0 juga. Coba urutkan kriteria tsb tuk dpt nilai yg tinggi.

Kalo kriterianya: Ganteng+Baik hati+Darah Biru+Kaya Raya+Agama OK, maka nilainya 00001. Alias 1 aja.

Coba kriterinya diubah… AgamanyaOK+Cantik/Ganteng+Pinter+Keturunan Baik2+Kaya Raya, nilainya 10000… Makin banyak 0 makin bagus..!!

Oke dilanjut…. Seleksi sudah clear ya… pake rumus 1+0+0+0……. Sekarang kita bahas ta’aruf alias “perkenalan”.

Ingat pepatah bilang.. “Tak kenal, maka ta’aruf”…. ini menjadi tahap yg penting juga lho…

Apa yg perlu dikenal dari calon pasangan..?? intinya sih penghasilan, gaya hidup, hutang,…. Tapi bgmn cara tanya yg elegan..??

Banyak pemudi yg ragu kalo harus tanya “emang gajimu brapa..??” tak sdikit pula pemuda yg gak mau terbuka kecuali ditanya.

Cewe matre: “mo ngasi makan apa lo berani ngelamar..??” | cewe solehah: “jelaskan, bgmn caramu membawa makanan halal dlm rumah kita..??”

Luruskan niat, tanya penghasilan bukan krn matre. Tpi minta kepastian bahwa hanya lelaki bertanggung jawab yg boleh menikahimu…

Luruskan niat, cerita ttg maisyah bukan krn sombong…. tapi meyakinkan calonmu bahwa hanya harta halal yg akan dibawa pulang ke rumah.

“Malu mau jujur kasi tau, gajiku kan kecil, nanti ditolak….” Ada yg beralasan begini..?? 🙂

Jika Anda ditolak krn dianggap penghasilannya kecil. berBAHAGIAlah…. karena Anda telah diselamatkan dari bahaya yg sangat besar.

Bayangkan seperti apa jadinya rumah tangga jika Anda mengaku berpenghasilan besar agar diterima mertua. Bahaya yg sangat besar…

Jangan bandingkan fasilitas calon suami (yg baru brp thn/bln kerja) dgn fasilitas ortu di rumah (yg sdh puluhan thn kerja).

Maka wajar kalo hrs ngontrak di rumah dalam gang becek gak ada ojek. Start bersama dari 0 itu lebih nikmat, jadi kenangan ampe tua..

Jangan nilai calonmu dari penghasilannya skrg. Tapi nilailah ia dari potensinya di masa yg akan datang. (pengalaman pribadi… hehhe..)

Menunda pernikahan krn masalah keuangan, akan membuat Anda terjerumus pada masalah keuangan yg lebih besar di masa depan.

Masuk usia pensiun, anak msh blm lepas nafkah. Melahirkan anak di usia >35 thn berisiko tinggi. Asuransi jadi lbh mahal, dll.

****

Yang penasaran dengan penampakan bukunya, monggo dilihat (bukan promosi):

aima

Jujur deh, Kamu Islam atau Hindu sih?

Merahnya tanggalan di kalender dan hadirnya pengetahuan mengenai musabab merahnya si tanggal tersebut membuat saya teringat sebuah niatan posting yang nyaris terlupakan. Ah iya, sebelum saya ngelantur, let me tell you, besok itu perayaan umat Hindu yang namanya Nyepi.

Saya tidak mau membahas perayaan tersebut (clueless soalnya), tapi sesuatu yang lebih menggelitik dari itu: identitas keislaman kita. Ya, karena ternyata banyak tradisi umat Hindu yang dipraktekkan oleh kaum muslim. Bahkan di salah satu radio (yang saya lupa di gelombang berapa) ada seorang narasumber muallaf (ex penganut Hindu) yang mengatakan bahwa satu-satunya ajaran Hindu yang tidak dipraktekkan oleh umat muslim Indonesia adalah upacara membakar jenazah a.k.a Ngaben! Surprised, huh?

Mulai dari acara selamatan (rumah, orang meninggal, dll), acara orang hamil (3 dan 7 bulanan), sampai yang paling nyeleneh penerangan untuk ari-ari bayi! Oke, ada banyak lagi sebenernya silahkan lihat disini, tapi tiga itu yang paling banyak kita lihat kan?

Bagi yang pernah mengaji atau menyimak penjelasan guru agama di sekolah, mungkin pernah dengar penjelasan mengenai acara selamatan orang meninggal dan orang hamil itu bukan tradisi islam. Tapi mengenai ari-ari bayi, saya baru saja merasa dapat pencerahan. Pasalnya ini benar-benar terjadi pada saya.

Sewaktu Azzam lahir, saya, suami dan keluarga ibu sepakat bahwa ari-ari akan dikuburkan di halaman belakang. Yap, hanya dikubur. Ari-ari yang sudah diletakkan dalam wadah dari tanah liat itu akan dikubur. Titik. Lucunya, pakde saya yang sangat konservatif itu merasa aneh dengan keputusan saya. Begini kira-kira percakapan kami waktu itu:

Pakde: Ari-arinya sudah dikubur Er?

Saya: Sudah, Pakde. Di halaman belakang rumah.

Pakde: Sudah dikasih lampu sama buku?

Saya: Eh, buat apa?

Pakde: Ya lampu biar terang, kan kasihan kalo gelap. Dikasih buku biar anaknya pinter.

Saya: Enggak pakde. Kemarin cuma dikubur aja.

Pakde: Harusnya kasih buku sama pulpen juga.

Saya: Jaman sekarang kayaknya enakan dikasih laptop sekalian pakde, biar modern.

***

It did happen!
Andaikan saya benar ingin ikut saran tsb, saya pasti bingung mau kasih Azzam buku apa. Saya ingin dia pandai semua hal, apa itu artinya saya kasih buku dari semua disiplin ilmu? Atau sekalian saja saya kubur ari-arinya di bawah perpustakaan atau toko buku? Ada-ada saja kan tradisi nenek moyang itu?

Setelah dengar penjelasan si narasumber di radio itu, barulah saya paham, dalam tradisi Hindu, penerangan pada ari-ari itu diperuntukkan untuk dewa yang akan turun mengunjungi si ari-ari di malam hari. Tujuannya supaya dewa mereka merasa nyaman karena tempatnya terang.

Nah, jadi berapa banyak hal yang kita lakukan tanpa ilmu? Padahal amalan baik yang dilakukan tanpa ilmu saja nilainya tidak sempurna. Lalu bagaimana dengan hal semacam ini?

Ajaran islam memang hadir belakangan di Indonesia setelah Hindu. Penyebaran islam yang dilakukan oleh wali songo juga kental dengan tradisi Hindu agar mudah diterima masyarakat. Tapi, bukan berarti kita bisa ikut-ikutan tanpa mencari tahu kan? Sekarang bukan lagi zaman dimana informasi sulit didapat. Sekarang informasi dan ilmu bertebaran dimana-mana. Pertanyaannya, maukah kita terus belajar??

PILIHAN

Hidup itu merupakan serangkaian proses memilih dan menjalani konsekuensi-konsekuensi dari pilihan yang telah dilakukan. Setidaknya itu yang saya pikirkan. Namun hidup itu sendiri bukanlah sebuah pilihan. Hidup adalah kewajiban. Nah, ada yang tidak setuju?

Tadi siang teman saya memberikan kultum yang judulnya ia kutip dari sebuah majalah. Saya tidak benar-benar ingat judulnya, maklum malas mencatat kadang menumpulkan ingatan (^^v). Kurang lebih bunyinya seperti ini “Pilih yang dapat kamu pilih, jalani apa yang menjadi kewajibanmu dengan tersenyum”. Menurut saya itu judul yang menarik. Ya, menarik. Karena selama ini kita sering tidak sadar mana yang merupakan pilihan dan mana yang merupakan kewajiban. Kita sering mengaburkan sendiri pilihan dan kewajiban kita. Sehingga terkadang kita menyalahkan takdir Allah.

Sepertinya sedikit ilustrasi bisa membuat semuanya lebih jelas.Oke, ilustrasinya begini. Ada seorang pemabuk yang teler berat di siang hari di tempat  umum. Ketika ditegur dia malah bilang, “Allah sudah menakdirkan saya untuk seperti ini, untuk mabuk begini. Yah, beginilah takdir Allah untuk saya. Saya sih terima aja.”

Nah, kalau di zaman kekhalifahan maka orang ini diberi hukuman dua kali. Pertama, karena dia mabuk. Kedua, karena dia menghina Allah. Tentu saja, dia ini lancang sekali. Dia membuat pilihan yang tidak baik dan dia menyalahkan Allah dengan bilang bahwa itu takdir Allah. Padahal, itu pilihannya sendiri!

Saya jadi ingat murid di tempat PPL saya. Waktu itu saya sedang bertugas di meja piket, mencatat murid-murid yang datang terlambat (kerjaan rutin mahasiswa PPL). Ada satu murid yang entah kenapa sering sekali terlambat. Ada percakapan menarik antara wakasek dengan si murid perempuan, sebut saja namanya Bunga.

“Bunga, kamu telat lagi. Kenapa kamu telat?” tanya pak wakasek seraya menyambut uluran tangan si anak.

“Iya pak. Saya kesiangan pak.” Jawab si bunga gelisah.

“Kenapa kamu kesiangan?” si pak wakasek mencoba menginterogasi.

“Hmm…Kenapa ya pak? Gak tau pak.” si anak kebingungan.

“Loh kok gak tau?”

“Iya pak. Saya kayaknya kesiangan karena takdir pak.”

Waktu itu saya tidak kuasa menahan tawa. Cekikikan sendiri karena betapa kreatif dan gak nyambungnya anak ini. Coba saja itu, kesiangan kok karena takdir. Harusnya dia jawab kegiatannya di malam hari yang membuat dia jadi sulit bangun pagi. Itu sungguh lucu buat saya. It was silly!

Tapi, terkadang kita juga demikian kan? Terkadang kita dengan mudahnya menyebut kata takdir untuk menjelaskan keburukan yang menimpa kita. Tapi kita tidak pernah menyebutkan takdir ketika kita mendapat kesuksesan. Mungkin itu contoh nyata bahwa manusia itu sering lupa dan tidak bersyukur. Menyalahkan sesuatu di luar dirinya untuk keburukan yang dia dapat dan memuji diri sendiri untuk kesuksesan yang datang. Padahal semuanya telah tertulis di lauhul mahfuz. Tidak ada satupun kejadian yang luput dari pengamatanNya. Tidak ada satupun kejadian yang belum ditulis.

Kita memang tidak pernah tau apa yang Allah takdirkan untuk kita. Tapi Allah memberikan kita kesempatan untuk membuat pilihan. Maka, takdir adalah hasil akhir dari pilihan dan serangkaian usaha terbaik yang kita lakukan.

Menyambung ke tema awal, pilih yang dapat kita pilih dan jalani kewajiban kita dengan senyuman. Maka mana yang menjadi pilihan dan mana kewajiban kita? Tentu saja pilihan adalah sesuatu yang kita pilih dengan sadar sementara kewajiban adalah sesuatu yang tidak mungkin kita pungkiri.

Semoga bisa dicerna ya maksudnya. Hehe.

Prinsip Maturitas

Kedewasaan adalah hal yang terdengar begitu menyenangkan. Saya ingat dulu saat saya masih di usia belasan saya selalu berharap saya cepat dewasa. Dalam pandangan saya, menjadi dewasa itu membanggakan. Orang dewasa terlihat kuat, pintar, dan independen. Saya sungguh tidak tahu bahwa semua itu hanya refleksi yang saya anggap ada pada diri orang dewasa. Nyatanya tidak banyak orang dewasa yang seperti itu. Yang banyak saya temui justru orang dewasa yang perilakunya masih seperti anak-anak. Mungkin termasuk diri saya sendiri. Saya sering bertanya-tanya, apakah saya sudah bisa dikatakan dewasa? Seperti apa sebenarnya orang dewasa itu? Apakah dewasa berarti tidak pernah menangis? Atau tidak pernah nonton Spongebob? Atau jangan-jangan dewasa berarti tidak pernah makan choki-choki? Well, saya jadi merasa tidak dewasa!

Mungkin ada yang pernah dengar  tentang prinsip maturitas. Menurut  dr. Muadz, Sp.KJ, seseorang bisa disebut dewasa atau matang kalau :

  1. Berpegang pada reality principles
  2. Independent
  3. Correct and correctable
  4. Understand and understable

Kata sahabat saya yang belakangan ini sedang mendalami schizophrenia (emang iya? Pokoknya dia tertarik masalah ini deh!): “Pada dasarnya, setiap orang, pada saat mengalami tekanan/masalah/stress, akan mengalami regresi (kemunduran) pada satu atau beberapa sisi maturitasnya. Entah itu tiba – tiba menjadi tidak mau mengerti orang lain atau keadaan, tidak mau meluruskan kesalahan orang lain atau tidak mau disalahkan (dengan kata lain tidak mau diluruskan), atau tiba – tiba menjadi sangat bergantung pada seseorang, dan pada tingkat yang paling parah tidak lagi bisa bertahan dalam reality principles (mengalami gangguan daya nilai realitas).

Maka apakah kita telah menjadi orang yang bisa dimengerti dan mau mengerti orang lain?

Apakah kita telah menjadi orang yang mau mengakui kesalahan jika salah dan mau diluruskan?

Dan apakah kita bisa hidup tanpa harus banyak bergantung pada orang lain? Apakah kita telah punya kepercayaan diri yang cukup untuk mengerti bahwa kita cukup mampu melakukan banyak hal tanpa harus menunggu komando orang lain?

Dan yang terpenting, apakah kita memiliki reality principle yang benar? Apakah kebenaran dan keyakinan yang kita percayai adalah kebenaran yang bisa memang benar dan bukan yang kita ada-adakan?

Jika semua jawaban atas pertanyaan di atas adalah positif, maka (Insya Allah) kita bisa dikatakan dewasa berdasarkan prinsip maturitas di atas. Jika belum, maka ya itu pilihan, apakah kita mau berproses menjadi dewasa atau tetap bertahan menjadi anak-anak dengan fisik yang tidak lagi imut!

Ya, pada akhirnya itu hanya satu teori. Saya kadang suka sekali membela diri dengan banyak alasan. Salah satu pembelaan diri saya untuk masalah yang satu ini adalah: “Manusia punya beragam dimensi. Ada dimensi biologis, psikis, intelegensi, sosial, dan sebagainya. Agaknya setiap dimensi itu tidak tumbuh secara bersamaan. Mungkin saja kita dewasa pada sisi yang satu tapi belum pada sisi yang lain. Itu tidak menjadikan kita tidak dewasa, hanya belum sepenuhnya dewasa.”

^^v

Dan karena kedewasaan adalah sebuah proses, maka bagi saya ia adalah proses yang tidak pernah berhenti.

The Questions

1) Sebutkan 3 hal yang paling berharga dalam hidupmu?

2) Apakah yang paling mahal di dunia ini?

3) Bagaimana caranya untuk mendapatkan hati yang tenang?

Tiga pertanyaan itu selalu membuat saya terdiam. Dua kali saya mendengar pertanyaan itu, dua kali juga saya terdiam. Rasanya saya butuh merenung lama untuk memikirkan jawabannya.

Saya suka jawaban teman saya. Katanya 3 hal yang paling disukaianya adalah Allah, Rasulullah, dan jihad di jalanNya. Sementara saya merasa ada lebih dari tiga hal yang berharga dalam hidup saya: Allah dan RasulNya, keluarga, sahabat, dan kesungguhan yang disertai keikhlasan.

Jawaban untuk pertanyaan kedua. Kata teman saya yang paling mahal di dunia ini adalah hati yang tenang. Sementara menurut saya yang paling mahal adalah kebijaksanaan. Ya, kemampuan untuk menjadi orang baik yang membaikkan dengan cara yang baik.

Pertanyaan ketiga, saya sepakat dengan teman saya. Hati yang tenang bisa didapat dengan selalu mengingat-Nya. Mengingat bahwasannya ada kekuatan lain yang mengatur hidup kita. Bahwa semua akan baik-baik saja selama kita bersamaNya.

God + Me = Enough

Buber

Buka bareng (Bubar) atau buka bersama (Buber) selalu menjadi agenda rutin selama ramadhan. Dalam pengamatan saya, banyaknya acara buber yang dihadiri seseorang akan sebanding dengan jam terbangnya di dunia nyata. Sebagai contoh, anak kuliah akan menghadiri buber setidaknya bersama teman-teman SD, SMP, SMA, OSIS, BEM, dan organisasi lainnya. Jadi setidaknya akan ada tidak kurang dari 6x acara buber yang harus dihadiri (belum lagi kalau organisasinya banyak, bisa sampe 10x!).

Bagi ayah saya hal itu tidak masuk akal karena terlalu berlebihan. Terlebih lagi ketika beliau menyadari bahwa biasanya dalam acara buber tiap orang akan memsan makanan sendiri dengan menu yang berbeda-beda. Dimana letak kebersamaannya? Lebih jauh, menurut ayah saya seharusnya biaya konsumsi ditanggung oleh inisiator acara buber-nya. Alasannya adalah karena dia yang menggagas maka dia seharusnya bersedia menanggung semua biaya-biaya (gawat deh, bisa2 gak ada yang mau jadi inisiator buber nih!).

Kadang saya gak tega juga terus-terusan buka puasa di luar rumah, tapi kadang ajakan teman begitu menggoda. Dengan label ‘kebersamaan karena sudah lama gak ketemu’ pun menjadi alasan logis untuk hadir dalam acara2 buber. Dulu saya merasa tidak masalah, tapi belakangan saya agak merasa bersalah. Pasalnya, adik saya pun sekarang ikut-ikutan sibuk buber. Saya ingat minggu lalu dia buber diluar rumah 4x dalam seminggu. Hasilnya, rumah sepi, makanan terabaikan, dan mama pun kurang senang…

Itu sih namanya makan bersama. Mending bawa makan masing-masing aja dari rumah, trus dimakan bareng pas buka. Jadi namanya tetep sama: buka bareng!” ayah saya agak sewot karena bolak-balik mengantar adik saya buka bersama teman-temannya (dan bolak-balik memberi uang saku) padahal dirumah banyak makanan.

Adik saya tertawa kecil, tapi tetap berangkat ke rumah temannya untuk buber…

Pesan untuk Kita

Suatu hari seorang bapak tua hendak menumpang bus. Pada saat ia menginjakkankakinya ke tangga, salah satu sepatunya terlepas dan jatuh ke jalan. Lalu pintu tertutup dan bus mulai bergerak, sehingga ia tidak bisa memungut sepatu yang terlepas tadi.

Lalu si bapak tua itu dengan tenang melepas sepatunya yang sebelah dan
melemparkannya keluar jendela.

Seorang pemuda yang duduk dalam bus melihat kejadian itu, dan bertanya kepada si bapak tua, “Aku memperhatikan apa yang Anda lakukan Pak. Mengapa Anda melempakan sepatu Anda yang sebelah juga ?”

Si bapak tua menjawab, “Supaya siapapun yang menemukan sepatuku bisa memanfaatkannya.”

Going the Extra Miles

The Long Road

Akhi, tahukah kalian apa yang membuat orang sukses berbeda dengan orang yang biasa?” tanya Ustad Salman retoris.

“Menurut buku yang sedang saya baca, ada dua hal yang paling penting dalam mempersiapkan diri untuk sukses, yaitu (pertama) going the extra miles. Tidak menyerah dengan rata-rata. Kalau orang belajar 1 jam, dia akan belajar 5 jam, kalau orang berlari 2 kilo, dia akan berlari 3 kilo. Kalau orang menyerah di detik ke 10, dia tidak akan menyerah sampai detik ke 20. Selalu berusaha meningkatkan diri lebih dari orang biasa. Karena itu mari kita budayakan going the extra miles, lebihkan usaha, waktu, upaya, tekad, dan sebagainya dari orang lain. Maka kalian akan sukses,” katanya sambil menjentikkan jari.

“Resep lainnya adalah tidak pernah mengizinkan diri kalian dipengaruhi oleh unsur diluar diri kalian. Oleh siapapun, apapun, dan suasana bagaimanapun. Artinya, jangan mau sedih, marah, kecewa, atau takut karena faktor luar. Kalianlah yang berkuasa terhadap diri kalian sendiri, jangan serahkan kekuasaan kepada orang lain. Orang boleh menodong senapan, tapi kalian punya pilihan, untuk takut atau tetap tegar. Kalian punya pilihan di lapisan diri kalian paling dalam, dan itu tidak ada hubungannya dengan pengaruh luar,” katanya lebih bersemangat lagi.

“Jadi pilihlah suasana hati kalian, dalam situasi paling kacau sekalipun. Karena kalianlah master dan penguasa hati kalian. Dan hati yang selalu bisa dikuasai pemiliknya adalah hati orang sukses,” tandasnya dengan mata berkilat-kilat.

[Negeri 5 Menara Pg.107-8]

50 Things Every Boy Should Know

1.) We check our phones every hour to see if you have replied to our texts, then worry if you haven’t.

2.) We do not care if 50,000 other guys declared their love for us, for if you never do it none of it matters.

3.) You will be classed in our ‘Hate’ list if you forget our birthday.

4.) When we say everything is ‘fine’, it generally means everything is absolutely horrible and we are on the brink of falling to pieces.

5.) If we see you slow dancing with another girl, expect fates worse than death.

6.) We don’t care what our friends think of you, but we do care what your friends think of us.

7.) Our favorite part of the YM convo is at the end when you say good bye, because that’s the part you say you love us.

8.) EVERYTHING said to our friends will be told to us. Guaranteed.

9.) We like it when you are protective of us. It makes us feel special.

10.) Understand that even if she’s your best friend, it makes us feel insecure when you treat her sweeter than us.

11.) We mind it when you complain on having to wait for us after class.

12.) We hate feeling as if we are just like any other ordinary girl.

13.) We have mood swings. Get over it already.

14.) When we come back from a holiday and brag about how awesome it was, during the entire time there we were probably thinking about you. A lot.

15.) When your friend says something bad about us, it means the world to us if you come to our defense.

16.) Please don’t stand 384931491329403 feet away from us. Even if we are scary.

17.) Understand that we can get very moody during THAT TIME of the month.

18.) We hate it when we share something and all you reply is OK.

19.) We will move mountains on our timetable if it means seeing you.

20.) NEVER insult our friends. It hurts more than you can possibly know.

21.) If a girl openly flirts with you, we love it when you tell them your heart’s already taken.

22.) If you want to know something about us, ask our best friend.

23.) We actually freak out on what to do during holidays like Valentines Day.

24.) When you say you’ll call, actually do it. Don’t leave us hanging.

25.) Cheesy pick-up lines might not work, but they can always make us laugh.

26.) We don’t want to hear how incredibly hot your ex-girlfriend/neighbor/best gal friend is.

27.) We secretly hope your mom loves us.

28.) We hate it when you don’t tell us your ‘invisible’ in our chat window.

29.) When we are mad at you, we aren’t actually mad. We just want you to apologize so we can start showing you that we like you again.

30.) Some of our friends know EVERYTHING about us.

31.) When you treat us badly, beware of our girlfriends.

32.) We hate it when the song you pick as “ours” was the song you and your ex-girlfriend used to sing to.

33.) Yes, you might be the reason we failed that Math test.

34.) We don’t care about what we talk about, just as long as we have your attention for a few minutes.

35.) Though we don’t show it, reading other girls post sweet comments on your page is like a bullet to the heart.

36.) Of course, we do believe the crap we read in magazines.

37.) We love it when you not only watch girly movies with us, but you actually pretend to enjoy them.

38.) We compare every other guy to you, and you always come out best.

39.) We love it when you fight for us.

40.) Don’t brag about other girls liking you, it just makes us insecure.

41.) Silent Treatment + Short Answers + Not Smiling or Laughing + Evil Looks = YOU DID SOMETHING WRONG.

42.) We over-analyze everything.

43.) We over-react to everything.

44.) We worry when your messages don’t include enough smilies.

45.) Always tell us the truth. We’ll find out sooner or later anyway.

46.) We don’t care if you couldn’t come on that date because of the most embarrassing reason in the world, just don’t lie to us.

47.) You will never understand how much it means when you introduce us to your family.

48.) We secretly like it when you call us “yours”.

49.) Be on time. We will think you don’t care if you’re not on time at a certain place.

50.) And for the love of God, just shut up about how beautiful and sexy other girls are. We hate hearing these kind of things. You know we like you and the fact you do this despite you knowing how we feel is just evil.

Note: This is a repost from a blogger in Tumblr which she also reposted. I do not claim that I have written this, I simply adored these facts and thus sharing them on WordPress

SMS teman saya

Sesuai posting sebelumnya, saya mau nyalin SMS teman saya (tanpa izin, karena kalo izin pasti jadi panjang urusannya karena saya harus bujuk2 dia dulu). Pagi-pagi, dia kirim SMS yang bagus ini. Sepertinya semalam dia baru selesai bertapa ^^

Semangat Pagi!

Pikiran tentang nikah yang kita obrolin kemaren (padahal udah lama-red.) ternyata itu wajar. Kurasa itu cuma bagian dari demamnya wanita yang panik karena liat undangan kawin dari temen. Plus rasa pengen karena liat indahnya pacaran setelah menikah. Setidaknya, itu alasanku. Alasanmu bisa beda lagi. Kemarin aku sedikit berpikir keras, apa mauku dan apa yang bisa, setidaknya, meredakan demam itu. Kupikir aku harus punya target. Dimana aku siap dan gak sembarangan. Bisa memutuskan dengan matang dan punya arah yang jelas.

Kadang saat aku punya pertanyaan aku suka lupa kalo Allah itu mendengar aku. Dan aku cuma bisa meminta sama Dia. Yowes, skarang aku fokus sama target jangka pendek dulu untuk melangkah ke target jangka panjang 🙂